Wisuda 2014

Foto Bersama Mahasiswa saat wisuda di STIPER Dharma wacana Metro

Sekolah Lapang

sekolah Lapang Tahun 2014

Kuliah Umum

Kuliah Umum bersama Bapak Mentri Zulkifli Hasan

Panitia Wisuda 2012

Panitia Wisuda Tahun 2012

Jumat, 29 Mei 2015

PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DAN PASAR IKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS IKAN AIR TAWAR

Ikan air tawar merupakan bahan makanan hewani yang mengandung protein bermutu tinggi, dengan susunan asam amino yang paling sesuai untuk kebutuhan manusia. Perkembangan budidaya ikan air tawar saat ini semakin pesat, terutama setelah hadirnya beberapa ikan introduksi seperti lele dumbo, nila gift, dan patin. Ikan tersebut terus berkembang dan semakin popular di masyarakat, bahkan kepopulerannya dapat mengalahkan jenis ikan lain. Hal ini karena ikan tersebut harganya tergolong relatif murah. Dengan berkembangnya teknologi budidaya ikan, kebutuhan pakan buatan semakin meningkat. Biaya pakan ikan merupakan komponen penting dalam usaha perikanan, sehingga efisiensi penggunaan pakan harus diperhatikan. Sementara petani ikan selalu bergantung kepada perusahaan-perusahaan besar yang notabene bahan baku pakan ikannya masih impor. Sehingga bila sewaktu-waktu harga bahan baku pakan naik, harga pakan juga akan meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada kelangsungan kegiatan budidaya ikan. Pertumbuhan ikan memerlukan nutrisi makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Pemberian nutrisi bagi ikan mutlak diperlukan karena ketersediaannya di dalam air terbatas, tetapi pemberian pakan ikan harus melihat kualitasnya sehingga diperlukan kecermatan dalam memilih jenis pakan ikan yang tepat standar gizinya untuk beberapa jenis ikan air tawar dengan harga terjangkau. Kualitas makanan berhubungan erat dengan tingkat kelangsungan hidup (survival rate) dan pertumbuhan ikan. Ketersediaan makanan yang cukup, baik dalam jumlah maupun kualitas, akan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan mempercepat pertumbuhan ikan (Puspowardoyo dan Djarijah, 1992). Kandungan nutrisi itu meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serat kasar, mineral, dan lain-lain (Alamsyah, 2005). Sehingga selain analisis laboratorium untuk mengetahui kandungan nutrisi bahan, diperlukan juga syarat-syarat bahan baku pakan yang harus dipenuhi, antara lain mengandung nilai nutrisi tinggi, mudah diperoleh dan diolah, tidak mengandung racun (anti nutrisi), harga murah dan terjangkau, diusahakan bukan merupakan bahan makanan pokok manusia, dan butirannya halus atau dapat dihaluskan. Dalam pengolahan pakan, perusahaan-perusahaan besar banyak menggunakan berbagai jenis bahan pakan dari luar negeri. Di sisi lain petani ikan selalu bergantung pada produk pakan dari perusahaan-perusahaan besar tersebut. Sehingga bila sewaktu-waktu perusahaan tersebut collapse, dampaknya akan dirasakan oleh petani ikan (Alamsyah, 2005). Pakan ikan merupakan bagian dari komponen produksi yang amat penting bagi petani ikan baik skala kecil maupun besar. Biaya pakan ikan merupakan komponen terbesar dalam usaha perikanan, sehingga efisiensi penggunaan pakan ikan harus mendapat perhatian serius. Pakan ikan di Indonesia umumnya diproduksi oleh perusahaan besar (feed mill) dengan skala produksi yang besar pula. Hal ini menimbulkan ketergantungan yang tinggi bagi petani ikan. Ketergantungan pada perusahaan besar secara terus-menerus akan menimbulkan kerugian, hal ini terasa jika terjadi kenaikan harga bahan baku yang sebagian masih diimpor sehingga harga pakan akan naik. Apabila harga pakan naik maka akan mengganggu kegiatan perikanan. Kelebihan pakan ikan buatan adalah kandungan gizinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan ikan. Di sisi lain, pakan buatan juga ada kekurangannya, yaitu dapat menurunkan kualitas air dalam kolam. Apabila pakan yang diberikan banyak tersisa maka sisa pakan tersebut dapat mengeruhkan air. Oleh karenanya pakan buatan sebaiknya jangan diberikan dalam jumlah berlebihan (Sendjaja dan Riski, 2005). Pellet terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Bahan yang berasal dari hewan sering disebut sebagai sumber protein hewani, misalnya tepung ikan, tepung darah, tepung daging, tepung udang dan lain sebagainya. Sedangkan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau yang dikenal sebagai sumber protein nabati misalnya tepung daun, dedak, tepung terigu, tepung kedelai dan lain sebagainya (Susanto, 1991). Pellet terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Bahan yang berasal dari hewan sering disebut sebagai sumber protein hewani. Misalnya tepung ikan, tepung darah, tepung daging, tepung udang dan lain sebagainya. Sedangkan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau yang dikenal sebagai sumber protein nabati misalnya tepung daun, dedak, tepung terigu, tepung kedelai dan lain sebagainya (Susanto, 1991). Setiap jenis ikan air tawar mempunyai respons yang berbeda terhadap beberapa takaran pakan ikan. Pemilihan takaran pakan ikan yang tepat untuk beberapa jenis ikan air tawar sangat diperlukan sehingga efisiensi penggunaan pakan dapat lebih optimal. Banyak pakan ikan yang dijual di pasaran dengan kualitas yang bagus dengan harga yang relatif terjangkau. Di sisi lain ada pakan ikan yang tidak kalah kualitasnya, dengan memanfaatkan bahan baku lokal dan limbah rumah potong hewan dan pasar ikan di sekitar kita. Limbah yang dianggap tidak berguna dapat dimanfaatkan dengan maksimal untuk pembuatan pakan ikan dengan standar gizi yang tepat. Penggunaan takaran pakan ikan yang tepat penting dilakukan agar penggunaan pakan ikan dapat lebih efisien. Atas dasar tersebut perlu dikaji lebih lanjut pemberian pakan ikan yang memanfaatkan bahan baku lokal dan limbah rumah potong hewan dan pasar ikan dengan berbagai takaran pada beberapa jenis ikan air tawar.

Untuk membaca selengkapnya, silahkan klik disini

Selasa, 26 Mei 2015

RESPONS KANGKUNG TERHADAP PEMBERIAN URINE SAPI FERMENTASI DAN AIR PENYIRAMAN DARI KOLAM IKAN

Peranan sayuran bagi kesehatan manusia tidak terbantahkan lagi.  Sebagai sumber vitamin, mineral dan sumber serat alami yang tidak tergantikan dalam menu konsumsi manusia sehari-hari sepantasnyalah sayuran diproduksi secara sehat, dengan penggunaan pupuk dan pestisida alami.
Sayuran dibutuhkan untuk memenuhi gizi manusia terutama sebagai sumber vitamin, mineral, dan serat alami.  Konsumsi sayuran per kapita di tingkat dunia adalah 69 kg per tahun (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).  Konsumsi sayuran akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat perekonomian.
Kangkung adalah salah satu komoditas sayuran yang populer dan diminati masyarakat.  Selain dikonsumsi sebagai sayuran, kangkung juga berkhasiat untuk mengobati berbagai gangguan kesehatan.   
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan sehat, menuntut petani sebagai produsen sayuran untuk mengurangi bahkan menghilangkan pemakaian pupuk buatan.  Pemakaian pupuk organik merupakan salah satu alternatif yang bisa dilakukan oleh petani. #Selain bertujuan untuk mendapatkan makanan sehat, pertanian organik juga menjadikan petani merdeka dan mandiri, karena bahan-bahan bertani diperoleh dari alam sekitar.  Petani tidak lagi bergantung kepada para produsen benih, pupuk maupun pestisida.   
Kangkung merupakan tanaman yang dipanen bagian vegetatifnya, sehingga pupuk yang diberikan harus cepat tersedia.  Pupuk organik cair merupakan pupuk yang dapat langsung diserap tanaman karena diaplikasikan langsung ke permukaan daun tanaman.  Salah satu pupuk cair organik adalah urine sapi fermentasi.  Pupuk urine sapi fermentasi memiliki komposisi yang dapat membantu peningkatan laju fotosintesis, karena mengandung  N, P, K, Ca, Na, Fe, Mn, Zn, dan Cu (Naswir, 2003).
Air kolam ikan mengandung unsur hara yang cukup banyak, selain berasal dari sisa-sisa makanan ikan, air kolam juga mengandung feses ikan yang dapat terurai karena oksigen dalam air kolam akan membantu proses pembusukan.  Sehingga bila digunakan untuk penyiraman tanaman sayuran akan menambah unsur hara yang akan mendukung pertumbuhan sayuran.  Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi tanaman kangkung bila diberi pupuk cair sakaurine berbagai konsentrasi dan periode penyiraman air kolam yang berbeda.


Untuk membaca selengkapnya, silahkan klik Disini

Artikel

Contoh Halaman Artikel

Materi Kuliah

Contoh Halaman Materi Kuliah

nilai

Contoh Halaman Nilai

PEMANFAATAN TEPUNG GANYONG DAN LIMBAH TULANG IKAN LELE SEBAGAI MAKANAN OLAHAN KAYA GIZI

Pati ganyong yang diolah menjadi tepung ganyong dapat dimanfaatkan sebagai bahan komplemeter bagi tepung ubi kayu ataupun sebagai bahan substitusi tepung terigu dan tepung beras. Dengan banyaknya manfaat yang didapat dari tepung ganyong, memberikan peluang yang cukup besar bagi tepung ganyong untuk menjadi alternatif pengganti tepung terigu. Selain itu, menjadi rekomendasi yang baik untuk dijadikan sebagai bahan pelengkap pembuatan makanan olahan yang dapat dimanfaaatkan bagi bayi, balita, ibu hamil, anak-anak, remaja, orang dewasa bahkan orang lanjut usia.
Ikan lele merupakan ikan yang banyak di konsumsi oleh masyarakat. Selain harga yang murah, mudah didapat, disukai oleh banyak orang, dan dapat diolah dalam berbagai jenis makanan, ikan lele juga memiliki kandungan gizi yang tinggi. Banyaknya pengolahan ikan lele menjadi berbagai jenis makanan, memberikan peluang yang cukup besar terhadap pemanfaatan tulang ikan lele. Hal itu disebabkan, hampir disetiap jenis makanan olahan  ikan lele, tulang ikan lele tidak dimanfaatkan secara maksimal. Terkadang tulang ikan lele dibuang sehingga menjadi limbah yang tidak termanfaatkan.
Sangat disayangkan, apabila masyarakat banyak mengetahui manfaat dari tulang ikan lele, sudah pasti meraka akan memanfatkan pula. Di dalam kandungan tukang ikan lele, mengadung kalsium yang cukup tinggi, baik dikonsumsi untuk bayi, balita, ibu hamil, anak-anak, remaja, orang dewasa bahkan orang lanjut usia. Dengan pengolahan yang baik dan tepat, dipastikan tulang ikan lele dapat dijadikan makanan olahan yang disukai oleh berbagai jenis kalangan.

Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan diatas, maka perumusan masalah yang dapat diambil, antara lain : (1) Memanfaatkan ganyong yang selama ini dijadikan tanaman liar dan memanfaatkan tulang ikan lele yang selama ini dijadikan sebagai limbah rumah tangga; (2) Membuat suatu produk makanan olahan yang terbuat dari tepung ganyong dan tulang ikan lele yang disukai oleh setiap kalangan masyarakat; (3) Mencari komposisi yang tepat untuk menentukan warna, tekstur, rasa, aroma, penampilan secara keseluruhan dan kandungan gizi yang paling baik, sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan sehat yang kaya gizi.


Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui manfaat lain dari tepung ganyong dan limbah tulang ikan lele; (2) Untuk mengetahui potensi tepung ganyong dan limbah tulang ikan lele sebagai bahan dasar pembuatan makanan olahan bergizi tinggi; dan (3) Untuk menciptakan produk baru yang kaya akan gizi.
Untuk Membaca jurnal secara lengkap, silahkan klik disini

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit dengan cara pemberian dan jenis fungi Mikoriza Arbuskular yang berbeda

Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia.  Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (KPO) ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi salah satu penyumbang devisa negara yang tersebar dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya (Fauzi dkk., 2012).
Menurut Sanchezs (1992) yang dikutip oleh Ali dkk. (1995), tanah PMK mempunyai tingkat kesuburan rendah disebabkan oleh kemasaman yang tinggi atau pH rendah, kandungan unsur N, P, K, Ca, Mg, S, dan Mo rendah, serta kandungan unsur Al, Fe, dan Mn tinggi sehingga berbahaya bagi pertumbuhan tanaman.
Salah satu upaya untuk meningkatkan serapan dan efisiensi  penyerapan unsur hara terutama P pada tanah Ultisol adalah dengan pemanfaatan jasad renik tanah, antara lain menggunakan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA).  Pemberian FMA adalah salah satu cara untuk dapat meningkatkan serapan P sehingga akan dapat meningkatkan efisiensi pemupukan P.  Pemberian FMA bukan meningkatkan jumlah P dalam tanah, tetapi berfungsi memperbesar (memperluas) tapak serapan hara tanaman terutama hara P melalui hifa eksternalnya (Ali dkk., 1995). 
Arsitektur perakaran bibit kelapa sawit yang diinokulasi FMA lebih baik dibandingkan dengan bibit yang tidak  diinokulasi.  Peningkatan sistem perakaran merupakan salah satu mekanisme bibit kelapa sawit berFMA dalam meningkatkan serapan P dan pertumbuhan tanaman (Widiastuti dkk., 2003).
  Peningkatan sistem perakaran merupakan salah satu mekanisme bibit kelapa sawit berFMA dalam meningkatkan serapan hara dan pertumbuhan tanaman.  Sistem perakaran yang bagus akan menyebabkan volume tanah yang dapat dieksplorasi oleh akar untuk menyerap air dan unsur hara menjadi lebih tinggi
Akar merupakan organ penting untuk menunjang pertumbuhan tanaman karena fungsinya dalam penyerapan hara, air, dan penopang tegaknya tanaman. Lynch (1995) yang dikutip oleh Widiastuti (2003) mengemukakan bahwa arsitektur akar merupakan aspek penting dalam produktivitas tanaman.
Akar tumbuhan yang diselimuti miselium hasil simbiosis dengan FMA menjadikan tanaman tahan terhadap menipisnya persediaan air di dalam tanah sementara unsur hara pada tanah tetap terpelihara. Adanya FMA juga mempermudah penyerapan unsur hara oleh akar tanaman, dan menghemat penggunaan pupuk.  Akar tanaman yang diselimuti FMA juga tahan terhadap serangan penyakit akar.Simbiosis FMA dengan akar dapat meningkatkan kemampuan tanaman menyerap unsur hara makro, terutama unsur fosfat (P), maupun unsur hara mikro dari dalam tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan (Gunawan, 1993). 
Produksi pupuk hayati atau inokulan FMA di Indonesai umumnya menggunakan bahan pembawa anorganik berupa pasir, mineral lempung atau zeolit (Prematuri dan Faiqoh, 1999).
Kelapa sawit adalah tanaman yang secara alami bersimbiosis dengan FMA (Widiastuti dkk., 2002).  Namun, keefektifan simbiosis secara maksimal seringkali bervariasi.  Untuk itu, diperlukan teknologi pembibitan kelapa sawit yang berkualitas untuk menunjang agribisnis kelapa sawit yang berkelanjutan.  Sumber inokulum FMA memiliki kemampuan menginfeksi akar yang berbeda,  jenis FMA memiliki kemampuan yang berbeda-beda di dalam membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga pemilihan cara pemberian dan jenis FMA yang benar-benar kompatibel dengan bibit tanaman sawit perlu dilakukan. 

Tujuan penelitian yaitu menentukan (1) cara pemberian FMA terbaik untuk pertumbuhan bibit; (2) jenis FMA terbaik untuk pertumbuhan bibit; (3) apakah respons bibit terhadap cara pemberian  FMA ditentukan oleh jenis FMA; 4) kombinasi perlakuan yang paling baik untuk pertumbuhan bibit.
untuk membaca jurnal silahkan klik disni