Wisuda 2014

Foto Bersama Mahasiswa saat wisuda di STIPER Dharma wacana Metro

Sekolah Lapang

sekolah Lapang Tahun 2014

Kuliah Umum

Kuliah Umum bersama Bapak Mentri Zulkifli Hasan

Panitia Wisuda 2012

Panitia Wisuda Tahun 2012

Senin, 13 Juni 2016

PENGAIRAN TERBATAS DAN PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK JERAMI DAN AZOLLA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH

Lokasi pnerapan IPTEKS berada di pekok Kedaloman dan Pekoan Banjar Agung merupakan daerah yang mempunyai  lahan sawah terluas di kecamatan Gunung Alip, yaitu sekitar 440 ha. Secara keseluruhan Kecamatan Gunung Alip mempunyai luas lahan sawah 1.735 ha dengan 11 pekon, produksi padi pada tahun 2007 sebesar 8.241 ton atau produktivitasny baru mencapai 4,75 ha (Tanggamus dalam Angka, 2008). Produksi padi ini masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan potensi genetis padi yang dapat mencapai  6-8 ton/ha bahkan dapat diatas 10 ton/ha.
Pada tahun 2005 dengan Perda Nomor 05, Kecamatan Talangpadang dimekarkan menjadi empat kecamatan, yaitu kecamatan Talangpadang, Kecamatan Gisting, Kecamatan Sumberejo, dan Kecamatan Gunung Alip. Luas lahan sawah di empat kecamatan ini mencapai 6.058 ha dengan produksinya 28.810 ton atau 11,5% pada tahun 2007 dari produksi total pada kabupaten Tanggamus (Tanggamus dalam angka, 2008). Meskipun sumbangan saerah Talangpadang kecil, namun daerah ini sudah sejak lama dikenal sebagai penghasil beras dengan kualitas tinggi yang disebut “BERAS TALANGPADANG”, bahkan hampir semua beras yang diperdagangkan di provinsi lampungmenuliskan pada kemasan/karung dengan tulisan “BERAS KUALITAS TALANGPADANG”.

Selain alasan yang telah diuraikan diatas, alasan lain adalah berkaitan dengan pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1996 hingga 2006 dilakukan di pekon kedolaman ini melibatkan kenanggotaan 4 kelompik tani sebelum reorganisasi. Hasil-hasil penelitian telah dipublikasikan secara lokal, regional dan nasional dalam pertemuan ilmiah serta publikasi secara nasional dalam jurnal terakreditasi. Selanjutnya, pada tahun 2008 penulis sebagai anggota penelliti mendapatkan hibah dari DIKTI salam skema penelitian Hibah Bersaing dengan surat perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor : 088/SP2H/DP2M/III, tanggal 6 maret 2008 yang berjudul “Peningkatan Kesuburan Tanah Sawah dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) Menggunakan Jerami Padi yang Dikomposisikan”. Hasil penelitian ini sudah siujicobakan dalam skala terbatas pada musim tanam MH 2008/2009 di pekon kedaloman melibatkan kelompok tani tunas mekar pada saat panen tanggal 19 Maret 2009 produksi padi mencapai 10,56 t/ha (dari petak ubinan 2,5 x

2,5 m2), saat panen dihadiri dari semua utusan masyarakat tani dari 11 pekon yang ada di kecamatan Gunung Alip, begitupula camat, ketua BP3K, Korluh dan para penyuluh. Sedangkan ujicob di pekon Banjar Agung yang dipanen tanggal 21 Mei 2009 dengan hasil gabah kering panen 8,06 ton/ha (hasil riil Petani).

Untuk membaca selengkapnya, silahkan klik Disini

Rabu, 04 November 2015

RESPONS BIBIT KEMIRI TERHADAP PUPUK NITROGEN DAN KALIUM

Saat ini reboisasi dan rehabilitasi lahan merupakan prioritas kegiatan yang harus dilakukan untuk memulihkan daerah-daerah kritis akibat penebangan liar.  Tanaman yang digunakan untuk reboisasi dan rehabilitasi lahan diharapkan tidak hanya menghijaukan daerah yang kritis, tetapi tanaman tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan serbaguna.  Kemiri (Aleurites moluccana Wild.) merupakan salah satu tanaman dengan tajuk yang rimbun, sehingga mampu menekan tumbuhnya gulma.  Selain itu pertumbuhannya cepat, perakarannya dalam, sehingga tanaman ini sesuai untuk dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan dan rehabilitasi lahan (Paimin, 1994).  Menurut Sunanto, 1994, kemiri mampu tumbuh di daerah-daerah yang tanahnya kritis dan miskin unsur hara, sehingga tanaman ini merupakan tanaman pioner yang cocok untuk memperbaiki mutu lahan.

Dengan teknologi yang makin berkembang saat ini, menjadikan tanaman kemiri sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pendapatan petani melalui program hutan rakyat.  Karena biji kemiri yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bumbu masak, selain itu minyak kemiri juga dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan bahan baku industri, seperti campuran pembuatan cat, pernis, sabun, lilin, kosmetik dan obat-obatan (Sunanto, 1994).  Batok kemiri dapat dimanfaatkan sebagai obat nyamuk bakar tradisional dan untuk arang.  Sedangkan kayunya dapat dimanfaatkan dalam industri kayu lapis, mebel, peti, dan tusuk gigi.  Limbah hasil olahan biji kemiri yang berupa ampas masih dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan pakan ternak dan pupuk organik.
Melihat potensi tanaman kemiri yang begitu besar, perlu adanya upaya pengembangan.  Salah satunya dengan menyediakan bibit berkualitas yang menentukan produktivitas tanaman kemiri.

Salah satu usaha untuk mendapatkan bibit bermutu adalah penambahan unsur hara melalui pemberian pupuk.  Diantaranya adalah unsur hara nitrogen (N) dan kalium (K), karena kedua unsur hara ini termasuk unsur hara makro utama yang banyak diperlukan oleh tanaman (Hakim dkk., 1986).

Nitrogen merupakan unsur hara yang banyak dibutuhkan oleh tanaman yang sedang aktif tumbuh, karena N merupakan unsur utama  pembentuk protein, sedangkan protein merupakan senyawa organik utama yang diperlukan tanaman sebagai zat pembangun (Rinsema, 1985).  Tetapi jika pemupukan N dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman sukulen dan Text Box: Krisnarini dan Rakhmiati : Respons Bibit Kemiri Terhadap Pupuk Nitrogen dan Kaliunmudah rebah, dan jika diberikan dengan dosis rendah tidak efektif.Menurut Salisburry dan Ross (1995), tanaman yang terlalu banyak mendapatkan nitrogen mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat, dengan system akar yang kerdil sehingga nisbah tajuk-akarnya tinggi, pembungaan dan pembentukan biji terlambat pada beberapa tanaman pertanian karena kelebihan nitrogen. Selain N, K juga  merupakan unsur hara yang sangat diperlukan tanaman untuk meningkatkan kegiatan metabolisme, sehingga K sangat berperan dalam proses-proses fisiologis yang terjadi di dalam sel-sel tanaman.  Bahkan K dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan jamur dan kekurangan air (Nyakpa dkk., 1988).  Pada tanaman jagung dan serealia berbiji lainnya yang kekurangan kalium mempunyai tangkai yang lemah dan akarnya lebih mudah terserang organisme pembusuk akar. Kedua faktor ini menyebabkan tanaman lebih mudah rebah oleh angin, hujan, atau badai salju dini (Salisburry dan Ross 1995).

Tanaman kemiri muda sampai dengan umur dua minggu setelah berkecambah masih mampu hidup mengandalkan cadangan makanan yang ada pada keping biji, tetapi setelah lebih dari waktu tersebut cadangan makanan yang ada pada keping biji sudah berkurang (Paimin, 1994).  Untuk pertumbuhan selanjutnya tanaman kemiri mengandalkan unsur hara yang ada di dalam media tumbuh.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis mengkaji kombinasi pemupukan yang tepat bagi tersedianya bibit kemiri yang bermutu.

untuk membaca lebih jelas, silahkan klik  Disini

PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) DENGAN PEMBERIAN GIBERELINE BERBAGAI KONSENTRASI DAN PUPUK KANDANG AYAM BERBAGAI DOSIS

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di sektor pertanian khususnya di sektor perkebunan. Salah satu tanaman yang dikembangkan adalah tanaman karet.
Tanaman karet  yang baik didukung dengan bibit yang unggul. Akan tetapi penggunaan bibit unggul pada perkebunan karet rakyat tergolong masih rendah. Sumber bibit unggul pada perkebunan rakyat biasanya berupa bibit cabutan atau bibit dengan mutu yang rendah (Akeifnawati 2007). Penggunaan bibit yang seperti itu, dapat menyebabka produktifitas karet menjadi lebih rendah dibandingkan dengan produktifitas karet yang menggunakan bibit unggul.
Upaya untuk menghasilkan bibit yang unggul dengan kriteria di atas dapat dilakukan dengan perbaikan teknik pembibitan seperti pemberian pupuk kandang dan penggunaan ZPT giberelin sesuai dosis yang diperlukan tumbuhan.
Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan tanah.  Jenis pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik dan anorganik.  Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang mengandung unsur hara makro dan mikro.  Pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah.
Pupuk kandang ayam memiliki unsur hara yang lebih banyak dibandingkan pupuk kandang lainnya. Pupuk kandang ayam mengandung kadar hara nitrogen, fosfor, kalium dan air yang berguna bagi tumbuhan. Pupuk kandang ayam tergolong pupuk dingin yang penguraiannya berjalan sangat lambat sehingga tidak terbentuk panas.
Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang pertumbuhan tanaman yang diperolwh dari Giberella fujikurou atau Fusarium moniliforme, aplikasi untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak. Pemberian giberelin dapat mengatur pemanjangan batang (ruas batang), juga pertumbuhan pucuk dan pembentukan buah. Secara umum fungsi giberelin adalah untuk merangsang pertumbuhan merekayasa dan terbentuknya buah tanpa biji (partenokarpi). Pemberian giberelin berfungsi untuk mengatasu kekerdilan akibat mutasi (generic dwaism), mempercepat  proses pertumbuhan, mempercepat proses pembungaan, dan meningkatan produktifitas.
Krisnarini, dkk : Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasitiensis) dengan Pemberian Gibereline Berbagai Konsentrasi
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh berbagai kinsentrasi giberelin dan perbandingan pupuk kandang ayam terhadap bibit karet.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi bibit karet bila diberi perlakuan gibereline dan pupuk kandang ayam.

untuk membaca lebih lengkap, silahkan klik Disini

RESPON TANAMAN KARET TERHADAP PEMBERIAN ETEPON DAN WAKTU SADAP YANG BERBEDA

Tanaman karet selain sebagai sumber lapangan kerja bagi sekitar 1,4 juta tenaga kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai salah satu sumber devisa nonmigas, pemasok bahan baku karet, dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan karet (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand.Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karetalami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi, 2005).
Sulih Saptono, dkk. : Respon Tanaman Karet Terhadap Pemberian Etepon dan Waktu Sadap yang Berbeda

Mengingat produktivitas tanaman karet dewasa ini sekitar 1300-1800 kg/ha/th.Salah satu usahanya adalah dengan pemanfaatan teknologi dalam bidang klon tanaman dan pemakaian sistem eksploitasi stimulasi (Sutardi, 1992).
Penggunaan stimulan saat ini sudah banyak diterapkan pada perkebunan milik PTP dan perkebunan besar swasta.Aplikasi stimulan ditujukan untuk mendapatkan peningkatan hasil lateks sehingga tambahan keuntungan bagi pengusaha perkebunan karet bisa diperoleh (Setyamidjaja, 2003).
Jenis stimulan yang sering digunakan adalah etepon (2- chlorethyl phosphonic acid) yang merupakan salah satu kelompok penghasil etilena (Tim Penyusun Penebar Swadaya, 1998). Etilena meningkatkan lama aliran lateks dan meningkatkan aktivitas regenerasi lateks in situ pada tanaman karet (d’Audzac 1989). Hasil penelitian sebelumnya (Kuswanhadi, 2006) menunjukkan bahwa etepon meningkatkan tekanan internal dalam pembuluh lateks dan meningkatkan kondisi fisiologis yang berkaitan dengan aliran lateks dan perubahan dalam pembuluh lateks yang menyebabkan lambatnya penyumbatan aliran lateks. Lama aliran lateks berbanding lurus dengan jumlah lateks yang dihasilkan. Etepon juga menginduksi biosintesis etilena endogenus.
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet (Tim Penulis PS, 2008). Penanganan panen (penyadapan lateks) sangat berpengaruh terhadap mutu akhir lateks. Penyadapan lateks yang tidak tepat waktunya dan penangan setelah penyadapan yang tidak benar menyebabkan lateks yang di peroleh bermutu rendah, walaupun teknis budidaya dilakukan dengan baik. Sehingga jika lateks tersebut diolah menjadi produk lain akan menghasilkan produk yang berkualitas rendah pula (Cahyono, 2010).
Menurut Setyamidjaja (2003), penyadapan sebaiknya dimulai sepagi mungkin. Dalam keadaan normal, penyadapan berlangsung dari pukul 5.30-10.00 pagi.Hal ini dimaksudkan agar diperoleh hasil lateks yang tinggi karena pada kondisi tersebut tekanan turgor masih tinggi, sehingga keluarnya lateks dari pembuluh lateks yang terpotong berlangsung dengan aliran yang kuat. Aspek fisiologis ini menjadi salah satu pertimbangan tentang waktu sadap yang tepat, sehingga diperoleh produktivitas yang tinggi.
Kombinasi yang baik antara pemberian perangsang lateks dan waktu sadap yang tepat diharapkan dapat meningkatkan produksi lateks.
Pembuluh lateks di dalam berkas pembuluh lateks saling berhubungan tetapi antar berkas pembuluh lateks tidak berhubungan.        
Oleh karena itu produksi yang tinggi dapat dicapai dengan cara melakukan penyadapan hingga berkas pembuluh lateksnya banyak terpotong atau terbuka (Siregar, 1995).  Setyamidjaja (2003) mengemukakan bahwa, mengalirnya lateks setelah disadap diidentifikasi sebagai bukti adanya tekanan turgor pada berkas pembuluh lateks.Aplikasi stimulan akan memperpanjang masa pengaliran lateks, meningkatkan jumlah volume panen dan dapat menghambat penyumbatan ujung pembuluh lateks yang terpotong sehingga lateks menjadi lebih lama.
Dengan menggunakan stimulan, frekuensi sadap d/2 menjadi lebih tinggi produksinya bila dibandingkan dengan frekuensi sadap d/1.  Teknologi stimulan telah dikenal lama oleh pelaku agribisnis karet, stimulan yang paling dikenal adalah jenis konvensional berbahan aktif 2-chloroethyl phosponic acid (etepon) dengan
J. Wacana Pertanian Vol. 13 (2) : 69-75, Desember 2014

metode oles melalui carrier air atau crude palm oil (CPO).   Stimulan dapat diaplikasikan dengan beberapa teknik. Untuk bidang sadap bawah diterapkan teknik “groove application” dengan sistem sadap bawah ½ S ?d/2 pada konsentrasi 2,5%. 
Aplikasi dilakukan sehari setelah penyadapan yaitu dengan cara mengerat kulit batang karet terlebih dahulu (scrap) dan mengoles etepon di atas alur sadap sebanyak 0,4-0,5 g/pohon yang diencerkan dengan aquades. Kegiatan ini dilakukan dua minggu sekali atau dua kali dalam sebulan.  Bidang sadap atas digunakan teknik “scrapping application” dengan cara yang sama pada sadap bawah, namun etepon yang diberikan sebanyak 1 g/pohon dan pengencer  yang digunakan adalah CPO (crude palm oil) atau minyak sawit (PT Perkebunan X, 1997).
Bahan aktif etepon yang biasa dipakai untuk stimulan mengeluarkan gas etilen yang jika diaplikasikan akan meresap ke dalam pembuluh lateks. Gastersebut menyerap air dari sel-sel yang ada di sekitarnya dalam pembuluh lateks. Penyerapan air ini menyebabkan tekanan turgor naik yang diiringi denganderasnya aliran lateks (Heru dan Andoko, 2008).
Berdasarkan penelitian Dasuki (2002), penggunaan etepon pada tanaman karet dapat meningkatkan bobot basah lateks per tanaman per sadap, bobot basah cup lum per tanaman per sadap, bobot kering per petak per sadap, produktivitas kebun dan efisiensi per lebar irisan sadap.
Menurut Nazaruddin dan  Paimin (1998), waktu penyadapan yang baik adalah pada pukul 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar pemikirannya: (a) jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel, (b) tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari semakin siang, dan (c) pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah cukup terang.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian etepon dan waktu sadap terhadap produksi latek pada tanaman karet, serta interaksi kedua faktor tersebut.

untuk membaca lebih lengkap silahkan klik Disini 

PEMANFAATAN TITHONIA DAN AZOLLA UNTUK MENINGKATKAN HASIL JAGUNG MANIS ORGANIK

Kebutuhan pasar yang meningkat dan harga yang tinggi merupakan faktor yang dapat merangsang petani untuk dapat mengembangkan usahatani jagung manis.  Prospek jagung manis organik di masa mendatang mempunyai peluang usaha yang sangat baik, karena kesadaran konsumen untuk mengkonsumsi sumber makanan yang sehat dan bergizi semakin meningkat.  Mereka bukan hanya memperhatikan porsi yang ideal dan makanan yang baik dan sehat saja akan tetapi turut memperhatikan dan peduli tentang suatu proses produksi dan dampaknya (Bakrie, 2008).
Hasil produksi dari pertanian organik ternyata lebih bermutu dibanding dengan budidaya pertanian biasa.  Beberapa kriteria yang mempunyai nilai lebih antara lain rasa lebih enak, lebih awet disimpan, warnanya lebih menarik dan lebih sehat karena tidak mengandung residu bahan-bahan kimia.
Unsur hara P merupakan faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang sering dijumpai pada tanah masam.  Jasad renik yang dapat meningkatkan ketersediaan P untuk tanaman salah satunya adalah mikoriza.  Mikoriza adalah sejenis kapang  yang menggambarkan suatu bentuk hubungan simbiotik mutualistik antara spesies jamur dengan akar tanaman (Schinner et al., 1996 dalam Vedca, 2009).  Mikoriza mampu menyerap P pada konsentrasi yang sangat rendah di mana akar tanaman (yang tidak terinfeksi mikoriza) tidak mampu menyerapnya.  Semakin rendah konsentrasi P dalam larutan tanah, maka peranan mikoriza semakin efektif.  Pemilihan tanaman yang perakarannya berpotensi tinggi terinfeksi mikoriza sangat dianjurkan sebagai tanaman pagar, untuk membantu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk P. Salah satu tanaman yang perakarannya berpotensi tinggi terinfeksi mikoriza adalah pupuk hijau tithonia (Tithonia diversifolia A. Gray).
Azolla mampu menambat N2 dari udara karena berasosiasi dengan sianobakteri (Anabaena azollae) yang hidup di dalam rongga daun Azolla.  Kemampuan Azolla mengikat   N2 dari udara berkisar antara 400 – 500 kg N/ha/tahun.  Azolla berkembang sangat cepat dan dapat menghasilkan biomassa sebanyak 10-15 ton/ha dengan C/N ratio 12 – 18, sehingga dalam waktu 1 minggu Azolla telah terdekomposisi dengan sempurna.
Tanaman Azolla juga bisa menggantikan pupuk kimia seperti urea dan NPK.  Nitrogen yang merupakan unsur utama pupuk urea ini merupakan unsur terbesar (80%) dari udara, sehingga Azolla bisa menggantikan 100% pupuk urea (Vedca, 2009)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi tanaman jagung manis bila diberi perlakuan tithonia dan azolla.

untuk selengkapnya silahkan baca Disini

Senin, 01 Juni 2015

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN APLIKASI JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR (FMA) PADA BERBAGAI DOSIS BAHAN ORGANIK

Efektivitas FMA selain tergantung dari jenis FMA juga tergantung jenis tanaman, dan bahan organik (BO). Tujuan penelitian yaitu menentukan (1) jenis FMA terbaik untuk pertumbuhan bibit; (2) dosis BO terbaik untuk pertumbuhan bibit; (3) apakah respons bibit terhadap pemberian jenis FMA ditentukan oleh dosis BO; 4) kombinasi perlakuan yang paling baik untuk pertumbuhan bibit. Penelitian dalam faktorial (4x3) dengan 5 ulangan. Faktor pertama jenis FMA (M) dalam 4 taraf yaitu tanpa FMA (m0), Gigaspora sp. MV16 (m1), Glomus sp. MV7 (m2), Gigaspora sp. MV16 + Glomus sp. MV7 (m3). Faktor kedua bahan organik : subsoil (B) dalam 3 taraf yaitu 1 : 3 (b1), 1: 2 (b2), 1: 1 (b3). Perlakuan diterapkan dalam RKTS. Kehomogenan ragam dan keaditifan data diuji dengan uji Bartlet dan uji Tukey, Bila asumsi tidak terpenuhi data akan ditransformasi, selanjutnya data dianalisis ragam dan diuji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian (1) semua jenis FMA menghasilkan pertumbuhan bibit yang lebih baik dibandingkan kontrol; (2) setiap dosis bahan organik tidak mempengaruhi pertumbuhan bibit; (3) Pertumbuhan bibit tidak bermikoriza dipengaruhi oleh dosis bahan organik, bibit bermikoriza tidak dipengaruhi oleh dosis bahan organik; (4) jika tanaman tidak bermikoriza, maka dosis BO terbaik 1:1 dan 1:2.

Untuk membaca lebih lengkap, silahkan klik disini

Jumat, 29 Mei 2015

PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DAN PASAR IKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS IKAN AIR TAWAR

Ikan air tawar merupakan bahan makanan hewani yang mengandung protein bermutu tinggi, dengan susunan asam amino yang paling sesuai untuk kebutuhan manusia. Perkembangan budidaya ikan air tawar saat ini semakin pesat, terutama setelah hadirnya beberapa ikan introduksi seperti lele dumbo, nila gift, dan patin. Ikan tersebut terus berkembang dan semakin popular di masyarakat, bahkan kepopulerannya dapat mengalahkan jenis ikan lain. Hal ini karena ikan tersebut harganya tergolong relatif murah. Dengan berkembangnya teknologi budidaya ikan, kebutuhan pakan buatan semakin meningkat. Biaya pakan ikan merupakan komponen penting dalam usaha perikanan, sehingga efisiensi penggunaan pakan harus diperhatikan. Sementara petani ikan selalu bergantung kepada perusahaan-perusahaan besar yang notabene bahan baku pakan ikannya masih impor. Sehingga bila sewaktu-waktu harga bahan baku pakan naik, harga pakan juga akan meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada kelangsungan kegiatan budidaya ikan. Pertumbuhan ikan memerlukan nutrisi makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Pemberian nutrisi bagi ikan mutlak diperlukan karena ketersediaannya di dalam air terbatas, tetapi pemberian pakan ikan harus melihat kualitasnya sehingga diperlukan kecermatan dalam memilih jenis pakan ikan yang tepat standar gizinya untuk beberapa jenis ikan air tawar dengan harga terjangkau. Kualitas makanan berhubungan erat dengan tingkat kelangsungan hidup (survival rate) dan pertumbuhan ikan. Ketersediaan makanan yang cukup, baik dalam jumlah maupun kualitas, akan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan mempercepat pertumbuhan ikan (Puspowardoyo dan Djarijah, 1992). Kandungan nutrisi itu meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serat kasar, mineral, dan lain-lain (Alamsyah, 2005). Sehingga selain analisis laboratorium untuk mengetahui kandungan nutrisi bahan, diperlukan juga syarat-syarat bahan baku pakan yang harus dipenuhi, antara lain mengandung nilai nutrisi tinggi, mudah diperoleh dan diolah, tidak mengandung racun (anti nutrisi), harga murah dan terjangkau, diusahakan bukan merupakan bahan makanan pokok manusia, dan butirannya halus atau dapat dihaluskan. Dalam pengolahan pakan, perusahaan-perusahaan besar banyak menggunakan berbagai jenis bahan pakan dari luar negeri. Di sisi lain petani ikan selalu bergantung pada produk pakan dari perusahaan-perusahaan besar tersebut. Sehingga bila sewaktu-waktu perusahaan tersebut collapse, dampaknya akan dirasakan oleh petani ikan (Alamsyah, 2005). Pakan ikan merupakan bagian dari komponen produksi yang amat penting bagi petani ikan baik skala kecil maupun besar. Biaya pakan ikan merupakan komponen terbesar dalam usaha perikanan, sehingga efisiensi penggunaan pakan ikan harus mendapat perhatian serius. Pakan ikan di Indonesia umumnya diproduksi oleh perusahaan besar (feed mill) dengan skala produksi yang besar pula. Hal ini menimbulkan ketergantungan yang tinggi bagi petani ikan. Ketergantungan pada perusahaan besar secara terus-menerus akan menimbulkan kerugian, hal ini terasa jika terjadi kenaikan harga bahan baku yang sebagian masih diimpor sehingga harga pakan akan naik. Apabila harga pakan naik maka akan mengganggu kegiatan perikanan. Kelebihan pakan ikan buatan adalah kandungan gizinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan ikan. Di sisi lain, pakan buatan juga ada kekurangannya, yaitu dapat menurunkan kualitas air dalam kolam. Apabila pakan yang diberikan banyak tersisa maka sisa pakan tersebut dapat mengeruhkan air. Oleh karenanya pakan buatan sebaiknya jangan diberikan dalam jumlah berlebihan (Sendjaja dan Riski, 2005). Pellet terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Bahan yang berasal dari hewan sering disebut sebagai sumber protein hewani, misalnya tepung ikan, tepung darah, tepung daging, tepung udang dan lain sebagainya. Sedangkan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau yang dikenal sebagai sumber protein nabati misalnya tepung daun, dedak, tepung terigu, tepung kedelai dan lain sebagainya (Susanto, 1991). Pellet terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Bahan yang berasal dari hewan sering disebut sebagai sumber protein hewani. Misalnya tepung ikan, tepung darah, tepung daging, tepung udang dan lain sebagainya. Sedangkan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau yang dikenal sebagai sumber protein nabati misalnya tepung daun, dedak, tepung terigu, tepung kedelai dan lain sebagainya (Susanto, 1991). Setiap jenis ikan air tawar mempunyai respons yang berbeda terhadap beberapa takaran pakan ikan. Pemilihan takaran pakan ikan yang tepat untuk beberapa jenis ikan air tawar sangat diperlukan sehingga efisiensi penggunaan pakan dapat lebih optimal. Banyak pakan ikan yang dijual di pasaran dengan kualitas yang bagus dengan harga yang relatif terjangkau. Di sisi lain ada pakan ikan yang tidak kalah kualitasnya, dengan memanfaatkan bahan baku lokal dan limbah rumah potong hewan dan pasar ikan di sekitar kita. Limbah yang dianggap tidak berguna dapat dimanfaatkan dengan maksimal untuk pembuatan pakan ikan dengan standar gizi yang tepat. Penggunaan takaran pakan ikan yang tepat penting dilakukan agar penggunaan pakan ikan dapat lebih efisien. Atas dasar tersebut perlu dikaji lebih lanjut pemberian pakan ikan yang memanfaatkan bahan baku lokal dan limbah rumah potong hewan dan pasar ikan dengan berbagai takaran pada beberapa jenis ikan air tawar.

Untuk membaca selengkapnya, silahkan klik disini